Sejarah Haji Jejak Suci dari Nabi Ibrahim hingga Syiar Islam Global

Sejarah Haji Jejak Suci dari Nabi Ibrahim hingga Syiar Islam Global – Haji adalah salah satu rukun Islam yang kelima, sebuah perjalanan spiritual yang penuh makna, yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang mampu, setidaknya sekali seumur hidup. Tapi tahukah Anda bahwa ibadah haji memiliki akar sejarah yang sangat panjang, bahkan jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW? Mari kita telusuri sejarah haji secara lengkap dan detail , dari zaman Nabi Ibrahim AS hingga menjadi ritual akbar umat Islam sedunia seperti yang kita kenal saat ini.

Asal-Usul Ibadah Haji: Dimulai dari Nabi Ibrahim AS

Sejarah haji tidak bisa dilepaskan dari sosok agung, Nabi Ibrahim AS, yang dikenal sebagai bapak tauhid. Sekitar 4.000 tahun yang lalu, beliau bersama istrinya, Siti Hajar, dan putranya, Nabi Ismail AS, diperintahkan Allah SWT untuk menetap di lembah tandus yang kini kita kenal sebagai Makkah.
MabrurMandiri

Dalam kondisi tanpa sumber air dan manusia lain, Siti Hajar berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah mencari air untuk anaknya. Atas izin Allah, muncullah mata air Zamzam, yang hingga kini terus mengalir tanpa henti. Gerakan Siti Hajar inilah yang kemudian diabadikan dalam salah satu ritual haji, yaitu sa’i.

Pembangunan Ka’bah: Rumah Pertama untuk Menyembah Allah

Setelah Ismail AS tumbuh dewasa, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk membangun sebuah rumah ibadah: Ka’bah. Bangunan suci berbentuk kubus ini dibangun di tengah padang pasir, dan ditetapkan sebagai pusat penyembahan kepada Allah yang Esa. Dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah: 127), disebutkan bagaimana keduanya membangun Ka’bah sambil berdoa agar Allah menerima amal mereka.

Inilah awal mula ibadah tawaf, mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, sebagai bentuk penghormatan kepada simbol keesaan Allah dan jejak Nabi Ibrahim.

Ibadah Haji pada Masa Jahiliyah

Seiring waktu, keturunan Nabi Ismail berkembang dan menetap di Makkah. Namun sayangnya, kemurnian tauhid mulai tercemar. Ka’bah yang dulunya hanya untuk menyembah Allah, dipenuhi oleh ratusan berhala. Masyarakat Arab saat itu tetap melaksanakan haji, tetapi dengan praktik yang telah menyimpang, seperti bertawaf telanjang dan menyebut nama berhala mereka.

Pembaruan Ibadah Haji oleh Rasulullah SAW

Barulah pada tahun ke-9 Hijriyah, setelah Islam tegak di Madinah dan Makkah dibebaskan, Rasulullah SAW menyempurnakan kembali ritual haji sesuai tuntunan Nabi Ibrahim. Pada tahun 10 Hijriyah, beliau menunaikan Haji Wada’ (haji perpisahan), yang menjadi panduan resmi tata cara ibadah haji umat Islam hingga saat ini.

Dalam khutbahnya yang masyhur, Rasulullah menekankan kesetaraan umat manusia, pentingnya menjaga amanah, dan larangan riba. Nilai-nilai ini masih sangat relevan hingga kini, menjadikan haji bukan sekadar ritual, tetapi momentum perubahan akhlak dan spiritual.

Perkembangan Haji di Era Modern

Dengan berkembangnya teknologi dan transportasi, perjalanan haji kini menjadi lebih mudah dan terorganisir. Dulu, jamaah menempuh perjalanan berminggu-minggu dengan unta atau kapal laut, kini mereka dapat menempuhnya dalam hitungan jam dengan pesawat. Pemerintah Arab Saudi pun terus meningkatkan fasilitas dan keamanan untuk menyambut jutaan jamaah dari seluruh dunia setiap tahunnya.

Makna Haji dalam Kehidupan Muslim

Lebih dari sekadar kewajiban, haji adalah transformasi spiritual dan sosial. Saat berjuta-juta manusia berkumpul dengan pakaian seragam (ihram), tak ada lagi perbedaan suku, warna kulit, atau status sosial. Semua berdiri sejajar di hadapan Allah, memohon ampunan dan rahmat.

Setiap ritual haji—mulai dari wukuf di Arafah, melempar jumrah di Mina, hingga tahallul—bukan sekadar simbol, tetapi sarat makna kehidupan: pengorbanan, kesabaran, ketundukan, dan ketulusan.

Penutup

Sejarah haji bukan hanya kisah masa lalu, tetapi warisan spiritual yang terus hidup dan mengalir dalam jiwa umat Islam. Dari pengorbanan Nabi Ibrahim, keteguhan Siti Hajar, hingga perjuangan Rasulullah SAW, semua mengajarkan bahwa ibadah haji adalah puncak ketundukan kepada Allah.

Bagi umat Islam, menunaikan haji adalah perjalanan pulang ke asal—bukan sekadar ke tanah suci, tetapi ke fitrah kemanusiaan: menjadi hamba yang tunduk, bersyukur, dan bermanfaat bagi sesama. Mabrur Mandiri

Informasi Umroh Haji : 0851 7158 5883